| Ketua Umum | :Aburizal Bakrie |
| Sekretaris Jendral | : Idrus Marham |
| Didirikan | : 20 Oktober 1964 |
| Kantor pusat | : DKI Jakarta |
| Ideologi | : Pancasila |
| Kursi di DPR (2009) | : 107 / 560 |
| Situs web | : www.golkar.or.id |
Partai Golongan Karya (Partai Golkar),
sebelumnya bernama Golongan Karya (Golkar) dan Sekretariat Bersama
Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah sebuah partai politik di
Indonesia. Partai Golkar bermula
dengan berdirinya Sekber GOLKAR pada masa-masa akhir pemerintahan
Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi
pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam
perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi Golongan Karya yang
menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.
Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam
pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah
Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini
diulangi pada Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kejadian ini dapat dimungkinkan,
karena pemerintahan Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat
mendukung kemenangan GOLKAR, seperti peraturan monoloyalitas PNS, dan
sebagainya.
n
Setelah pemerintahan Soeharto selesai
dan reformasi bergulir, GOLKAR berubah wujud menjadi Partai GOLKAR, dan
untuk pertama kalinya mengikuti Pemilu tanpa ada bantuan
kebijakan-kebijakan yang berarti seperti sebelumnya pada masa
pemerintahan Soeharto. Pada Pemilu 1999 yang diselenggarakan Presiden
Habibie, perolehan suara Partai GOLKAR turun menjadi peringkat kedua
setelah PDI-P.
Ketidakpuasan terhadap pemerintahan
Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu sebab para pemilih di Pemilu
legislatif 2004 untuk kembali memilih Partai GOLKAR, selain
partai-partai lainnya seperti Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa,
dan lain-lain. Partai GOLKAR menjadi pemenang Pemilihan Umum (Pemilu)
Legislatif pada tahun 2004 dengan meraih 24.480.757 suara atau 21,58%
dari keseluruhan suara sah.
Kemenangan tersebut merupakan prestasi
tersendiri bagi Partai GOLKAR karena pada Pemilu Legislatif 1999, Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mendominasi perolehan suara. Dalam
Pemilu 1999, Partai GOLKAR menduduki peringkat kedua dengan perolehan
23.741.758 suara atau 22,44% dari suara sah. Sekilas Partai GOLKAR
mendapat peningkatan 738.999 suara, tapi dari prosentase turun sebanyak
0,86%.
Saat ini, Partai Golkar dipimpin oleh
Ketua Umum Aburizal Bakrie. Sebelumnya jabatan ini dipegang oleh
Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden Indonesia 2004–2009.
SEJARAH
Sejarah Partai Golkar bermula pada tahun
1964 dengan berdirinya Sekber Golkar di masa akhir
pemerintahan Presiden Soekarno. Sekber Golkar didirikan oleh golongan
militer, khususnya perwira Angkatan Darat (seperti Letkol Suhardiman
dari SOKSI) menghimpun berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita,
sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam Sekretariat Bersama Golongan
Karya (Sekber Golkar).
Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20
Oktober 1964. Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta
ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front
Nasional yang makin meningkat. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari
golongan fungsional/golongan karya murni yang tidak berada
dibawah pengaruh politik tertentu. Terpilih sebagai Ketua Pertama Sekber
Golkar adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono sebelum digantikan
Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja
Nasional (Mukernas) I, Desember 1965.
Jumlah anggota Sekber Golkar ini
bertambah dengan pesat, karena golongan fungsional lain yang
menjadi anggota Sekber Golkar dalam Front Nasional menyadari bahwa
perjuangan dari organisasi fungsional Sekber Golkar adalah untuk
menegakkan Pancasila dan UUD 1945. Semula anggotanya berjumlah 61
organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi.
Organisasi-organisasi yang terhimpun ke
dalam Sekber GOLKAR ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya
ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:
1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)
2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
4. Organisasi Profesi
5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)
6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)
7. Gerakan Pembangunan Untuk menghadapi Pemilu 1971,
7 KINO yang merupakan kekuatan inti dari
Sekber GOLKAR tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4
Februari 1970 untuk ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan
tanda gambar yaitu Golongan Karya (GOLKAR). Logo dan nama ini, sejak
Pemilu 1971, tetap dipertahankan sampai sekarang.
Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut
serta menjadi salah satu konsestan. Pihak parpol memandang
remeh keikutsertaan GOLKAR sebagai kontestan Pemilu. Mereka meragukan
kemampuan komunikasi politik GOLKAR kepada grassroot level. NU, PNI dan
Parmusi yang mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin
keluar sebagai pemenang.
Mereka tidak menyadari kalau perpecahan
dan kericuhan internal mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke
GOLKAR. Hasilnya di luar dugaan. GOLKAR sukses besar dan berhasil menang
dengan 34.348.673 suara atau 62,79 % dari total perolehan suara.
Perolehan suaranya pun cukup merata di seluruh propinsi, berbeda dengan
parpol yang berpegang kepada basis tradisional.
NU hanya menang di Jawa Timur dan
Kalimantan Selatan, Partai Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di
Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera Barat dan Aceh. Sedangkan Murba tidak
memperoleh suara signifikan sehingga tidak memperoleh kursi DPR.
Kemudian, sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya
penataan kembali kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971
Sekber GOLKAR mengubah dirinya menjadi GOLKAR.
GOLKAR menyatakan diri bukan parpol
karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan
politik dengan mengesampingkan pembangunan dan karya. September 1973,
GOLKAR menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I di Surabaya.
Mayjen Amir Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun
mulai berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia
(HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).
Setelah Peristiwa G30S maka Sekber
Golkar, dengan dukungan sepenuhnya dari Soeharto sebagai
pimpinan militer, melancarkan aksi-aksinya untuk melumpuhkan mula-mula
kekuatan PKI, kemudian juga kekuatan Bung Karno. Pada dasarnya Golkar
dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru.
Semua politik Orde Baru diciptakan dan
kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar. Selama puluhan
tahun Orde Baru berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif,
legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh kader-kader
Golkar. Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan konstituen,
dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal yaitu
jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan
jalur G untuk lingkungan sipil di luar birokrasi.
Pemuka ketiga jalur terebut melakukan
fungsi pengendalian terhadap Golkar lewat Dewan Pembina yang mempunyai
peran strategis. Jadi Pimpinan Pemilu Dalam pemilu Golkar yang
berlambang beringin ini selalu tampil sebagai pememang. Kemenangan
Golkar selalu diukir dalam pemilu di tahun 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997. Arus reformasi bergulir.
Tuntutan mundur Presiden Soeharto
menggema di mana-mana. Soeharto akhirnya berhasil dilengserkan
oleh gerakan mahasiswa. Hal ini kemudian berimbas pada Golkar. Karena
Soeharto adalah penasehat partai, maka Golkar juga dituntut untuk
dibubarkan. Saat itu Golkar dicerca di mana-mana.
Akbar Tandjung yang terpilih sebagai
ketua umum di era ini kemudian mati-matian mempertahankan partai.
Di bawah kepemimpinan Akbar, Golkar berubah wujud menjadi Partai Golkar.
Saat itu Golkar juga mengusung citra sebagai Golkar baru. Upaya Akbar
tak sia-sia, dia berhasil mempertahankan Golkar dari serangan
eksternal dan krisis citra, inilah yang membuat Akbar menjadi ketua umum
Golkar yang cukup legendaris.
Partai Golkar kemudian ikut dalam Pemilu
1999, berkompetisi bersama partai-partai baru di era multipartai. Pada
pemilu pertama di Era Reformasi ini Partai Golkar mengalami penurunan
suara di peringkat ke dua di bawah PDIP
dengan. Namun pada pemilu berikutnya Golkar kembali unggul. Pada pemilu
legislatif 2004 Golkar menjadi pemenang pemilu legislatif dengan
24.480.757 suara atau 21,58% suara sah.
Pada pemilu legislatif 2009 lalu suara
Partai Golkar kembali turun ke posisi dua. Pemenang pemilu dipegang oleh
Partai Demokrat. Dalam Munas VIII di Pekanbaru, Aburizal Bakrie terpilih
sebagai ketua umum menggantikan Jusuf Kalla. Sebagai pimpinan baru
partai beringin, Aburizal bertekad akan kembali membawa Golkar
memenangkan pemilu. Dia menargetkan Golkar menjadi pemenang pertama
pemilu legislatif 2014 nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar