| Ketua Umum | : Muhaimin Iskandar | |
| Sekretaris Jendral | : Imam Nachrawi | |
| Didirikan | : 23 Juli 1998 | |
| Kantor pusat | : Jl. Raden Saleh 1 No. 9, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta | |
| Ideologi | : Pancasila | |
| Kursi di DPR (2009) | : 27 / 560 | |
| Situs web | : www.dpp.pkb.or.id |
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), adalah
sebuah partai politik di Indonesia. Partai ini didirikan di Jakarta pada
tanggal 23 Juli 1998 (29 Rabi'ul Awal 1419 Hijriyah) yang
dideklarasikan oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama, seperti Munasir Ali,
Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A. Mustofa Bisri, dan A. Muhith
Muzadi).
Kronologi Pendirian
Kisah pendirian PKB dimulai
pada 11 Mei 1998. Ketika para kyai sesepuh di Langitan mengadakan
pertemuan. Mereka membicarakan situasi terakhir yang menuntut perlu
diadakan perubahan untuk menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran. Saat
itu para kyai membuat surat resmi kepada Pak Harto yang isinya meminta
agar beliau turun atau lengser dari jabatan presiden. Pertemuan itu
mengutus Kyai Muchid Muzadi dari Jember dan Gus Yusuf Muhammad menghadap
Pak Harto untuk menyampaikan surat itu. Mereka berangkat ke Jakarta,
meminta waktu tetapi belum dapat jadwal. Sehingga sebelum surat itu
diterima, Pak Harto sudah mengundurkan diri terlebih dahulu tanggal 23
Mei 1998.
Pada tanggal 30 Mei 1998, diadakan
istighosah akbar di Jawa Timur. Lalu semua kyai berkumpul di kantor PWNU
Jatim. Para kyai itu mendesak KH Cholil Bisri supaya menggagas dan
membidani pendirian partai bagi wadah aspirasi politik NU. Ia menolaknya
karena tidak mau terlalu berkecimpung jauh dalam dunia politik dan
merasa lebih baik di dunia pesantren saja. Akan tetapi para kyai terus
mendorongnya karena dinilai lebih berpengalaman dalam hal politik. Pada
saat itu Gus Dur belum ikut dalam pertemuan ini.
Persiapan Pendirian
Kemudian pada tanggal 6 Juni 1998, KH
Cholil Bisri mengundang 20 kyai untuk membicarakan hal tersebut.
Undangan hanya lewat telepon. Tetapi pada hari H-nya yang datang lebih
200 kyai. Sehingga rumahnya di Rembang sebagai tempat pertemuan penuh.
Dalam pertemuan itu terbentuklah sebuah panitia yang disebut dengan Tim
“Lajnah” yang terdiri dari 11 orang. Ia sendiri menjadi ketua dengan
sekretarisnya adalah Gus Yus. Panitia ini bekerja secara maraton untuk
menyusun platform dan komponen-komponen partai termasuk logo (yang
sampai saat ini menjadi lambang resmi partai) yang pembuatannya
diserahkan kepada KH.A. Mustofa Bisri. Selain itu terbentuk juga Tim
Asistensi Lajnah terdiri dari 14 orang yang diketuai oleh Matori Abdul
Djalil dan sekretarisnya Asnan Mulatif.
Pada tanggal 18 Juni 1998 panitia
mengadakan pertemuan dengan PBNU. Dilanjutkan audiensi dengan
tokoh-tokoh politik (NU) yang ada di Golkar, PDI dan PPP. Panitia
menawarkan untuk bergabung, tanpa paksaan. PBNU sendiri menolak
pendirian partai. Setelah itu pada tanggal 4 Juli 1998, Tim ‘Lajnah’
beserta Tim dari NU mengadakan semacam konferensi besar di Bandung
dengan mengundang seluruh PW NU se-Indonesia yang dihadiri oleh 27
perwakilan.
Nama Partai dan Deklaraor
Hari itu diputuskan nama partai. Usulan
nama adalah Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Kebangitan Ummat dan
Partai Nahdlatul Ummat. Akhirnya hasil musyawarah memilih nama PKB
(Partai Kebangkitan Bangsa). Lalu ditentukan siapa-siapa yang menjadi
deklarator partai. Disepakati 72 deklarator, sesuai dengan usia NU
ketika itu. Jumlah itu terdiri dari Tim Lajenah (11), Tim Asistensi
Lajenah (14), Tim NU (5), Tim Asistensi NU (7), Perwakilan Wilayah (27 x
2), Ketua–ketua Event Organisasi NU, tokoh-tokoh Pesantren dan
tokoh-tokoh masyarakat. Semua deklarator membubuhkan tandatangan
dilengkapi naskah deklarasi. Lalu diserahkan ke PBNU untuk mencari
pemimpin partai ini.
Ketika masuk ke PBNU, dinyatakan bahwa
yang menjadi deklaratornya 5 orang saja, bukan 72 orang. Kelima orang
itu yakni KH Munasir Allahilham, KH Ilyas Ruchyat Tasikmalaya, KH Muchid
Muzadi Jember dan KH. A. Mustofa Bisri Rembang dan ditambah KH
Abddurahman Wahid sebagai ketua umum PBNU. Nama 72 deklarator dari Tim
Lajnah itu dihapus oleh semua oleh PBNU.
Membentuk Tim Khusus PBNU
Dalam menyikapi usulan yang masuk dari
masyarakat Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini
didasarkan pada adanya kenyataan bahwa hasil Muktamar NU ke-27 di
Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait
dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik
praktis. Namun demikian, sikap yang ditunjukan PBNU belum memuaskan
keinginan warga NU. Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak sabar
bahkan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi
politik warga NU setempat. Di antara mereka bahkan ada yang sudah
mendeklarasikan parpol yakni Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan
Partai Kebangkitan Umat (Perkanu) di Cirebon.
r
Membentuk Tim 5
Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian
Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998 yang menghasilkan
keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk menampung
aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH Ma'ruf Amin (Rais
Suriyah/Koordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH M Dawam Anwar
(Katib Aam PBNU), Prof Dr KH Said Aqil Siradj, M.A. (Wakil Katib Aam
PBNU), H M. Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja
(Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim
Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.
Membentuk Tim Asistensi
Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan
kemampuan kerja Tim Lima seiring semakin derasnya usulan warga NU untuk
mendirikan partai politik, maka pada Rapat Harian Syuriyah dan
Tanfidziyah PBNU tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim
Lima, selain itu juga dibentuk Tim Asistensi NU yang diketuai oleh
Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H Muhyiddin
Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz, M.A., Drs. H
Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Drs. Amin
Said Husni dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi NU bertugas membantu Tim
NU dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan pembetukan parpol.
Merancang Flatform, AD/ART Partai
Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan
Tim Asistensi mengadakan rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan
tugas-tugasnya. Tanggal 26 - 28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi
mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas untuk membahas usulan
pendirian PKB dari para Kiai yang telah berkumpul di Rembang yang di
dalam usulannya telah menyerahkan berkas-berkas Platform Partai, AD/ART,
Tanda Gambar Partai. Pertemuan ini menghasilkan lima rancangan yaitu:
1. Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik
2. Mabda' Siyasiy
3. Hubungan Partai Politik dengan NU
4. AD/ART
5. Naskah Deklarasi
Pemilihan Umum
Partai ini pertama mengikuti pemilu pada
tahun 1999 dan pada tahun 2004 mengikutinya lagi. Partai yang berbasis
kaum NU ini sempat mengajukan Gus Dur sebagai presiden yang menjabat
dari tahun 1999 sampai pertengahan 2001. Pada tahun 2004, partai ini
memperoleh hasil suara 10,57% (11.989.564) dan mendapatkan kursi
sebanyak 52 di DPR. Partai Kebangkitan Bangsa mendapat 27 kursi (4,82%)
di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah mendapat sebanyak
5.146.122 suara (4,9%). Ini berarti penurunan besar (50% kursi) dari
hasil perolehan pada tahun 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar